MANADOUPDATES.COM, SIDOARJO – Duka mendalam menyelimuti Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, setelah musala tiga lantainya runtuh menimpa puluhan santri yang sedang menunaikan salat Ashar pada Senin, 29 September 2025. Hingga kini, upaya evakuasi korban masih berlangsung dramatis, mengubah lokasi pendidikan menjadi saksi bisu tragedi.
Data terbaru dari Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, pada Jumat (3/10/2025), mengonfirmasi total korban yang berhasil ditemukan mencapai 113 orang. Sayangnya, 10 santri ditemukan meninggal dunia, sementara 103 lainnya berhasil selamat.
Perjuangan Mencari 55 Korban yang Terjebak
Fokus tim penyelamat kini tertuju pada pencarian sekitar 55 korban yang diduga masih terjebak di bawah puing-puing bangunan. Sejak Kamis (2/10/2025), proses evakuasi beralih ke penggunaan alat berat yang lebih masif.
Setelah crane, kini giliran excavator breaker dikerahkan. Alat ini vital untuk memecah beton tebal, membuka jalan bagi tim SAR untuk menjangkau korban yang terperangkap.
”Kalau dijumlahkan, seluruh korban yang ditemukan ada 113, terdiri dari 10 meninggal dunia dan 103 dalam kondisi selamat,” ungkap Nanang. Ia menambahkan, tim saat ini tengah mengidentifikasi jenazah di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur dengan bantuan 150 tenaga medis Tim DVI (Disaster Victim Identification), bahkan telah disiapkan cold storage untuk mendukung kelancaran proses.
Perbedaan Taktik Evakuasi: Dari Manual ke Alat Berat
Nanang menjelaskan adanya dua fase kritis dalam operasi ini. Fase pertama adalah golden time (3×24 jam) di awal kejadian. Saat itu, evakuasi dilakukan secara manual dengan penuh kehati-hatian.
Tim SAR harus merangkak melalui celah sempit di bawah reruntuhan, memberikan oksigen dan minuman untuk menyelamatkan korban yang masih hidup.
Setelah melewati golden time, operasi beralih ke fase kedua yang lebih berani menggunakan alat berat. “Peralatan yang lebih besar bisa digunakan untuk membobol lebih cepat,” jelas Nanang.
Taktik ini memungkinkan tim bekerja dari sisi luar, memecah puing-puing besar tanpa membahayakan tim penyelamat.
Nanang memperkirakan, dengan perhitungan matematis dan intensitas kerja saat ini, proses pembongkaran dan evakuasi akan selesai maksimal pada Minggu sore.